Bab III
Hidupku merasa berarti
Hari ini hidupku merasa berarti karna
hatiku sudah tak sendiri lagi. Usai dia nembak aku dikantin aku diajak kesuatu
tempat, tempat yang tak pernah aku kunjungi sebelumnya yaitu rumahnya. Hari
dimana dia nembak aku, dia ngajak aku juga untuk bertemu dengan orang yang
benar-benar berarti dalam hidupnya dia itu bundanya. Aku benar-benar gugup,
kaget, dan tak bisa ngomong apa-apa. Hati ini berdegup benar-benar kencang
karena aku bingung dengan apa yang dilakukan Afan hari ini.
Setelah sampai didepan rumahnya, aku
benar-benar bingung harus berbicara apa dengan bundanya nanti, aku bukan anak
hukum yang pandai merangkai kata demi kata untuk membela orang yang benar.
Tetapi posisiku saat ini adalah seperti orang yang akan ditangkap karna
melakukan kesalahan yang mungkin tak bisa dimaafkan. Tangan ini benar-benar
dingin, tapi Afan mengetahui sifat gugupku itu lalu berbisik “udaa jangan gugup
bundaku udaa jinak kok, hehehe” sambil memegang tanganku yang dingin. Bercanda
yang dilakukannya untukku tak membuat nervousku menjadi hilang, malah nervous
yang tadinya biasa menjadi luar biasanya karna canda dia. Setelah memasuki
rumahnya rasanya seperti ditanyai dengan dosen yang benar-benar kejam, galak
dan super killer.
Bundanya pun menyambut kedatangan
anak tunggalnya itu, bagiku bundanya gak galak-galak amat malahan baik,
kayaknya Afan udaa ngasih tau tentang kedatanganku hari ini. Bundanya pun
langsung menebak namaku seperti sudah lama mengenal anaknya. Rasanya jantung
ini tak mampu berdetak lagi akibat ulahnya tadi di kampus yang konyol dan
sekarang ulahnya yang benar-benar bikin aku snewen. Lamalamalama aku berkenalan
dengan bundanya bercerita dengan bundanya, ibunya menceritakan semua tentang
aku yang diberitahu oleh Afan, karena Afan juga sudah banyak cerita ke bundanya
soal aku.
Setelah menceritakan semua apa yang diceritakan Afan, bundanya
bertanya hal yang benar-benar tak ingin ku bahas, karena memang sedikit
memalukan untuk dibagikan “gimana dengan kedekatanmu dengan keluargamu ?” dan kalian tau apa yang aku jawab hanya dengan
diam membisu, aku bingung untuk menjawab semua pertanyaan yang diberikan
bundanya Afan kepadaku. Apakah harus aku menjawab jika aku tak sebegitu dekat
dengan ayahku dan adikku dan apakah aku harus bilang juga jika ibuku meninggal
waktu melahirkan adikku, aku benar-benar bingung bagaimana menjawabnya L.
Sebelum aku menjawab semua
pertanyaan bundanya, aku sempatkan diri untuk melihat ke arah Afan, dia seperti
memberiku kekuatan untuk bisa menjawab semua pertanyaan bundanya. Dan setelah
aku menjawab dengan senyumku, akupun memberanikan diri untuk menjawab
pertanyaan bundanya Afan. “maaf tante mungkin tante akan menilaiku jelek karna
tak dekat atau tak pernah akur dengan ayahku dan adikku, tetapi hanya dengan
sikap jujurku ini aku akan lega. Aku tak dekat dengan ayahku karna ayahku lebih
memberikan kasih sayangnya kepada adikku daripada aku, aku juga tak dekat
dengan adikku karna aku berpikir karna dia ibuku meninggalkanku untuk selamanya
dari 10th yang lalu” akhirnya aku berdiam diri. Aku berpikir jika
ibunya Afan akan menolak hubunganku dengan Afan tetapi apa yang aku pikirkan
itu salah, beliau mendekatiku lalu memelukku dengan kehangatan yang tak aku
dapatkan dari 10th yang lalu. Aku saja hampir lupa dengan pelukan
ibuku sendiri, begitu hangat ternyata. Afan yang semula sepikiran denganku pun
juga kaget dengan apa yang dilakukan bundanya terhadapku.
Setelah beliau melepaskan pelukannya
dari tubuhku dia menasehatiku bahwa tak sepatutnya aku iri dengan adikku karna
dari aku lahir aku telah mendapatkan kasih sayang dari ke-2 orang tuaku dengan
utuh, tetapi adikku dia hanya mendapatkan kasih sayang dari ayahku dan harusnya
dengan kepergian ibuku aku bisa memberikan atau menggantikan sosok seorang ibu
dirumah karna dirumah hanya tertinggal aku dan ayahku yang bisa memberikan
kasih sayang pada Liana. Mungkin aku merasa aneh dengan kata-kata ibunya
kepadaku, tetapi secara tidak sadar aku menitihkan air mata ke pipiku. Secara
tidak sadar pula Afan yang semula duduk dibelakang ibunya dia mendekatiku dan
menghapus kesedihan dari mataku dengan tangannya (so sweet kan :p).