Tired Smiley

Selasa, 03 September 2013

Bab I
Hari yang special dan hari yang nyebelin

                Ku berjalan dipinggiran terotoar yang mungkin bagi orang lain ramai dipenuhi oleh banyak orang, tetapi bagiku disini terotoar ini sangat sepi karna aku berjalan hanya seorang diri. Tanpa ditemani siapapun, tak mengenal siapapun, hanya ada aku dan perasaanku yang sepi. Ku tak berpikir tentang orang yang akan aku temui diujung terotoar ini. Tak ada yang ku pikirkan saat ini, hingga akhirnya aku berhenti untuk menikmati indahnya pemandangan yang tak ku pikir sebelumnya. Tak pernah ku merasakan setentram ini perasaanku. Akhinya ku meneruskan perjalanku.
                Ditengah – tengah terotoar ini yang memang aku tak seberapa mengenal jalan ini, sesuatu menabrak badanku hingga aku dan sesuatu itu terjatuh. Ingin ku marah dengannya karna kesalahan yang benar-benar membuatku emosi, tapi semua itu sia-sia karna pandangan ini telah tertuju pada matanya yang benar-benar menyesal. Akhirnya dia benar-benar melakukan apa yang aku pikirkan yaitu ‘meminta maaf’. Walau hati ini masih sangat sangat kesal kepada dirinya, tetapi kata-kata yang menumpuk untuk dikatakan kepadanya tak dapat keluar dari bibirku. Mataku tertuju padanya yang sedikit demi sedikit menghilang dari pandanganku. Kesal sih tetapi terdapat harapan kecil yang berada dihati kecilku yaitu ‘ku ingin bertemu dengannya lagi’. Ujung terotoar sudah ku lewati. Tetapi tetap saja pikiran ini mengarah pada pemuda yang sudah membuat pundakku sakit akibat tabrakkan itu.
                Aku berjalan menuju rumah yang tak tau kenapa aku sangat sangat membencinya. Aku benar-benar merasa jika hidupku tak pernah berarti tanpa kehadiran seorang ibu yang bisa membuatku nyaman di rumah itu. Ku sangat membenci adikku, karna dia telah mengambil nyawa ibuku disaat melahirkannya, setelah dia mengambil nyawa ibuku dia juga mengambil kasih sayang ayahku yang harusnya itu punyaku. Ku benar-benar marah dan membencinya. Ku berjalan keruangan tempat aku mencurahkan kekesalanku, ya tempat itu adalah kamarku. Ku duduk dimeja belajar dan mencari novel untuk ku baca, disaat aku mencari raut wajahku lusuh menjadi semakin lusuh karena susunan novelku menjadi berantakan dan aku berfikir pasti dia yang memberantakan susunan novelku yaa dia adikku dia bernama Liana.
                Setelah ku tau bahwa dia yang memberantakan susunan novelku, ku keluarkan suara yang benar-benar sebenarnya tak ingin ku keluarkan dari bibirku.
“Siapa yang udaa berantakin susunan novel guee ??? “
Akhirnya Liana masuk kekamarku dan menjawab,
“ Maaf kk aku yang udaa berantakin susunan novel kk, aku udaa coba untuk nyusun sama kayak tadi. Tapii….”
Sebelum dia nyelesaiin kata-katanya aku sudah memotongnya “tapi gue gak suka loe berantakin atau mindah-mindah susunan novel gue. Apalagi baca-baca novel gue tanpa izin dari gue, ngertii loe ? “
Pembantu yang udaa ngerawat aku dan Liana dari kecil akhirnya masuk ke dalam kamarku karna dia denger cekcok yang berasal dari kamarku.
“ada apa toh ini non ??”
“bibi tau kan gue gasuka susunan novel gue berantakan, apalagi dia yang berantakin” aku menjawabnya
“tapi aku gak sengaja bi” Liana menjawab
“udaa deh yaa gue gamau tau apa pembelaan loe, sekarang dan seterusnya loe gak boleh masuk kekamar gue” aku menjawab dengan nada tinggi yang membuat Liana nangis.
                Sama sekali aku gak ngerasa bersalah udaa bikin dia nangis, malah aku langsung keluar dari kamar dengan banting pintu masuk keruang tamu. Aku juga gak izin ke bibi mau kemana yang penting aku boring, bosen, dan badmood. Aku jalan-jalan ke danau untuk buang semua gundaku. Ku ambil kerikil dari bawah dan ngelemparin semua krikil itu ke danau. Setelah itu ada sosok cowok yang langsung berbicara kepadaku.
“mau gue bantuin buat buang masalah loe ?”
Aku benar-benar kaget ternyata sosok cowok itu adalah cowok yang tadi pagi gak sengaja nabrak aku.
“apa urusan loe, gue aja gak kenal sama loe -__- “ aku menjawabnya
“gue Afan, kalo loe cpa ? hmm, maaf juga yaa masalah tadi pagi “ sambil mengulurkan tangannya
“gue April, hmm gakpapa kok toh itu juga gara-gara gue gak liat-liat waktu mau balik badan”
“jadi loe mau kan jadi temen gue ? “ tanyanya
“hmm, kira-kira gimana ? “ jawabku
“mau aja deh, hehehe” jawabnya
Ohh yaa sampek lupa ngenalin, Afan itu ternyata satu kampus sama aku. Dia kakak kelasku, 2 tahun diatasku. Dia salah satu anak yang famous di kampus, tapi ya gitu saking famousnya aku sampe gak kenal sama dia. Hmmm, apa bukan karna dia famous, tapi akunya aja yang gak pernah pingin kenalan sama anak kampus, apalagi sama kakak kelas (huft). Dia anak band, yang cukup terkenal juga di Tangerang (wkwkwkkw) saking terkenalnya aku gak pernah ngerti band dia, aliran apa bandnya, dan semua yang berhubungan dengannya. Maklum walaupun aku termasuk cewek yang banyak omong tapi aku kurang bisa bergaul sama semuanya.
Belum juga aku menjawab aku sudah pergi, lalu dia ngejar aku. Baru sebentar kita berkenalan aku sama Afan udaa akrab. Lalu aku cerita-ceita masalahku dengan Liana di rumah. Lalu dia mengomentari masalahku
“ sebenernya dia gak salah tau Pril, dia masak tau juga kelahirannya bkin Ibu loe meninggal. Mungkin kalau dia tau dia akan bilang mending dia aja yang gak lahir daripada ibu loe meninggal”
“tapi dia bener-bener kayak gak punya rasa bersalah Fan” elakku
“masalahnya dia masih kecil, dia gatau apa-apa” jawabnya
“tapi dia gak pernah tau gimana perasaan gue, dia udaa ngambil nyawa ibu gue trus ngambil kasihsayang bokap gue”
“gini deh gue mau Tanya ke loe. Apa loe ngerti gimana perasaannya ??”
“gue gatau dan gamau tau” jawabku
“tuh kan loe aja gatau trus ngapain dia harus ngerti perasaan loe”
“loe itu ya mau dengerin cerita gue toh mau nambah-nambain masalah gue sie” jawabku smbil marah2
“yayaya, maafmaaf gua kan ngomong yang sebenernya, kalo loe pingin dia ngertiin perasaan loe harusnya loe juga coba untuk ngertiin perasaan dia” jawabnya
“aa, ya udaa lah terserah loe aja. Ngapain sih masih bahas ini ?”
“ya deh bahas yang lain aja”
Aku berpikir sejenak kalo apa yang dibilang Afan itu ada benernya juga, tapi rasa benciku udaa nutup semua rasa kasianku ke Liana.
                jam 5 sore, 4jam aku didanau ini sama Afan. Dijam ini akhirnya Afan akan ninggalin aku. Dia pamit kalo dia mau pulang duluan karna ada ‘something’lah dia bilangnya. Tapi sebelum dia balik dia minta nomer hp.ku biar kita tetep kontek-kontekan. Dan aku berfikir hari ini adalah hari yang special dan hari yang nyebelin. Special karna aku ketemu orang yang aku kagumi tadi, nyebelin karna dia ninggalin aku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar